Toxic Leadership


Judulnya serem ya, udah tau mengarah kemana. Ngomongin bos kamu di kantor ya kan? Hahaha. Berani kamu berpendapat? Belum bisa berdamai? Jangan jangan karena toxic leadership inilah kamu stress sampai asam lambung tak terkendali.

Toxic Leadership

Postingan ini bukan sekedar pendapat atau pengalaman pribadi ya. Saya ambil referensi di internet, disini tepatnya.

Toxic Leadership adalah: sikap, motivasi, dan perilaku seorang pemimpin yang berpusat pada dirinya sendiri sehingga berdampak buruk pada bawahan, karyawan, dan perusahaan.

Sebelum ke ciri-cirinya, bos kamu kayak gitu gak? Penekanan mungkin pada bagian kalimat "berpusat pada dirinya sendiri." Apakah yang dimaksud adalah semua keputusan pekerjaan ada pada dirinya? Atau kebijakan dan keputusan atas kepentingan egonya sendiri? Cok kita lihat ciri-cirinya di bawah ini:

  1. Menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi seperti melakukan korupsi, sabotase, manipulasi, dan tindakan ilegal lainnya. Pada bagian ini yang nyata adalah kebijakan dibuat untuk melindungi satu atau beberapa orang karyawan yang memiliki kedekatan pribadi, seperti keluarga, pasangan (pacar, suami/isteri), atau selingkuhan. Kepentingan sangat personal tapi dibuat seolah untuk kepentingan bersama sebagai tampilan peduli kepada banyak orang.
  2. Bersikap demanding atau menuntut paksa karyawan untuk melakukan pekerjaan yang tidak realistis. Yang lebih nyata misalnya membuat indikator performance karyawan yang mustahil dicapai. Target penjualan yang besar dalam perubahan resesi ekonomi global yang signifikan mempengaruhi daya beli misalnya.
  3. Menciptakan konflik perusahaan yang berdampak pada emosional karyawan seperti menyalahkan masalah kerja hanya pada karyawan dan tidak berperilaku adil. Yang lebih nyata adalah mengadu domba, menyalahkan orang lain atas kesalahan karyawan lainnya karena tak punya alasan untuk menegur karyawan yang melakukan yang dianggap membuat kesalahan. Konflik yang tidak membuat produktif berujung pada sama-sama tak peduli atas penyelesaian perbedaan dan lebih memilih berjalan pada pendirian masing-masing. Bos tidak peduli juga dan mau menjadi penengah, pemberi ide dan solusi pemecahan masalah. "Kalau lu gak bisa nyelesai-in ini ngapain gue kasih gaji lu gede?" Begitu kira-kira ujungnya.
  4. Mengkritik berlebihan, merendahkan kinerja tim, hingga melakukan penindasan terhadap karyawan. Kalau objektif, mungkin masih bisa diterima asalkan dilakukan lembut dan tidak kasar. Tapi kalau sudah subjektif atas kepentingan sendiri inilah yang memaksa bawahan banyak-banyak healing. Yang nyata misalnya saat karyawan melakukan kesalahan tidak melakukan sesuai instruksi atas dasar urusan ego, tak sulit baginya mengancam dengan SP.
  5. Berperilaku mengintimidasi dan menggunakan rasa takut sebagai bentuk motivasi. Yang parah adalah mengemasnya dengan cantik seolah-olah itu adalah motivasi dan kepedulian terhadap bawahan.
  6. Menolak keras terhadap kritik dan saran. Yang level toxicnya diatas dewa, tak akan ada satupun karyawan yang berani mengkritik atau memberikan saran. Ada, itu pun hanya orang yang memiliki kedekatan personal atau orang yang memang bertujuan menjilat atasan.
Toxic leadership berdampak pada penurunan kinerja karyawan. Kalau pun tidak menurun, kualitas dan produktivitas karyawan segitu-gitu saja. Sikap atasan yang seperti itu memberikan kecemasan bagi bawahan apalagi saat bertemu dalam sebuah sesi, bahkan meski hanya bersua dipersimpangan jalan.

Dalam periode lama, hal ini akan mempengaruhi psikologi karyawan dan tingkat stress. Karyawan cemas dan panik diawal saat boss sudah berbicara di depan umum dan mendekatinya, artinya objek pembicaraan pasti mengarah padanya.

Perlu ada tindakan dari HRD atas nama perusahaan untuk meninjau ulang atasan yang bersikap toxic. Masalahnya adalah, bagaimana caranya agar HRD bisa mengetahui perilaku toxic atasan? Apakah bisa dilakukan pada kanal saran dan apresiasi antar karyawan.

Masalah lain adalah saat bagian HRD yang menegur bisa diintimidasi karena kedekatan personal atau karena level jabatan lebih rendah. Seharusnya seumpama, jika manager marketing melakukan toxic leadership maka bagian HRD yang menegur minimal level Senior Manager atau jika perlu level Department Head.

Masalah lebih parah dan naudzubillah jika peninjau dan atasan yang melakukan toxic sama-sama memiliki kelemahan/keburukan masing-masing. Saat peninjau berusaha membuka jalan perbaikan, atasan toxic akan membuka kartu as keburukan peninjau kepada orang-orang sebagai bentuk intimidasi dan pemaksaan pemberian kelonggaran sanksi dan penilaian.

Cara Terbaik Lepas dari Toxic Leadership

Ini adalah pengalaman pribadi. Banyak cara yang bisa dilakukan dengan tujuan yang sesuai diri masing-masing jika atasan melakukan sikap toxic.

Pertama, jika kamu tak peduli produktivitas, efektivitas dan efisiensi untuk perusahaan maka awali dengan jangan baper. Iya kan saja apa kata atasan, karena begitulah yang dia mau. Tidak boleh ada yang bilang "tidak."

Kedua, fokus pada target kenaikan gaji dan jabatan. Usahakan selalu bisa dekat dengan atasan agar perilaku toxic tidak terarah padamu. Pastikan bos selalu bergantung padamu, bahkan saat pemilihan kalimat untuk materi presentasi dihadapan direktur misalnya.

Ketiga, jangan memikirkan dan membahas terus menerus atasan berperilaku toxic yang membuat keputusan atas dasar ego dan nafsu. Anggap saja kamu bekerja sesuai jobmu sendiri, bukan atas dasar instruksi atasan. Jikapun ada instruksi, iya kan didepannya lalu tunggu dalam beberapa waktu apakah instruksi itu tereskalasi?

Keempat, sibukkan pikiran dan perasaan pada hal lain. Jika kamu termasuk orang yang mudah tersinggung, hindari berdebat dan upayakan tidak ada konflik. Saat memiliki banyak waktu luang, fokus pada apa yang bisa dilakukan dan jadikan itu hal PENTING! Misal belajar excel, belajar bahasa Inggris, nonton youtube atau main game.

Kelima, berdamailah dengan diri sendiri! Seburuk-buruknya toxic leadership atasan, kamu akan biasa saja jika sudah bisa berdamai dengan dirimu sendiri. Bukan dengan perilakunya. Artinya, batasi dirimu untuk tidak mengurusi atasan supaya berubah dan menjadi lebih baik. Buang pemikiran atasan akan kena batunya karena telah berselingkuh atau mengambil uang perusahaan. Jangan libatkan pikiranmu dan perasaanmu untuk leadership sampah.

Agak panjang tapi sudah jam 21.31, waktunya tidur.

Post a Comment