Nyoba-nyoba ikutan karena selalu jadi materi perbincangan untuk masa depan. Hampir semua teman kerja katanya invest saham. Ya, mungkin bisa jadi hanya trend musiman yang saya salah satu diantara yang FOMO (fear of missing out), takut ketinggalan, kudet, dll.
Nabung Saham
Beda dengan zaman dulu sebelum teknologi menguasai bumi, investor yang mau berinvestasi di saham mesti datang ke kantor broker atau pialang untuk mencari saham yang bisa memberikan profit besar.
Sekarang, semudah hanya dengan punya paket data internet, membeli dan berinvestasi saham cukup di handphone. Kemudahan ini mengiring goals dan habbit investor retail (masyarakat) umum yang seharusnya berinvestasi menjadi trading.
Berupaya mengambil untung dari selisih beli dan jual dalam durasi harian, mingguan atau bulanan. Cuan, menjadi kata yang begitu populer dalam aktivitas setiap trader. Padahal jika kembali pada tujuan dan peruntukkan ideal, membeli saham tentu untuk investasi jangka panjang dalam 5-10 tahun ke depan.
Sangat banyak orang yang menyebut dirinya investor terjebak dalam lingkaran trading. Minimnya pengetahuan dan keinginan untuk riset menimbulkan keputusan yang serampangan. Alih-alih untung malah buntung karena kurangnya mental investor dengan ambil jalan cut loss.
Investor kok ambil keputusan rugi!
Saham merupakan salah satu emiten investasi yang masuk kategori high risk high return. Turun naiknya saham secara natural dipengaruhi performa perusahaan itu dan kondisi ekonomi skala nasional maupun global. Insiden spesial juga bisa mempengaruhi harga saham akibat dari turunnya kepercayaan investor, meskipun terjadi dalam waktu singkat saja.
Kita mungkin pernah melihat video pemain sepakbola top dunia, Christiano Ronaldo menggeser botol minuman bersoda saat konferensi pers dan saat itu juga harga saham Coca Cola jatuh. Tapi, balik lagi weee...
Pengalaman saya di dunia saham cukup singkat karena kurang konsisten. Profit terbesar emiten saham yang pernah saya beli adalah MLPT dan ANTM. Paling besar dari MLPT, beli dari harga 700 rupiah kemudian saya take profit di harga 3600 rupiah dalam 3 bulan meski jumlah lotnya kecil.
Bayangkan kalau saat itu punya 1000 lot saja, hmmm.
Beberapa waktu kemarin, tak sengaja nonton video podcast di youtube dengan bintang tamu Bennix. Gairah nabung saham alias berinvestasi saham kembali menggelora. Penjelasan yang disampaikan sangat masuk akal khususnya dalam menghindari jeratan trading.
Baru sadar, trading ternyata bisa dikuasai oleh bandar yang notabene adalah broker atau pialang saham itu sendiri.
Jika kamu pernah nonton film Wolf of The Wall Street, dimana teknik penjualan yang lebih menonjol di film itu bagaimana mempengaruhi investor untuk bisa membeli saham yang mereka jual.
Sekarang, cara menarik ketertarikannya lebih kepada aktivitas trading. Naik turunkan harga guna mempengaruhi psikologi 'investor'. Ya begitulah, yang punya uang punya kuasa.
Ayo, barengan sama saya kembali nabung saham. Berinvestasi jangka panjang. Fundamental dan rasional. Hindari trading, kecuali kamu mau memperkaya bandar.
Posting Komentar