Kangen Hujan


Hampir sebulan sepertinya belum turun hujan dengan intensitas menyegarkan tanah bumi. Apakah di kotamu juga sama?

Polusi Udara

Isu hangat yang lagi ngetrend beberapa waktu belakangan ini adalah masalah polusi udara. Jumlah kendaraan yang semakin banyak otomatis meningkatkan jumlah emisi hasil dari pembuangan karbon pembakaran kendaraan bermotor.

Mengutip berita Tempo yang terbit 16 Agustus lalu, berikut daftar 10 daerah dengan polusi tertinggi di Indonesia versi AQ Air:
  1. Tangerang Selatan, Banten - 185 - Tidak Sehat
  2. Serang, Banten - 174 - Tidak Sehat
  3. Terentang, Kalimantan Barat - 170 - Tidak Sehat
  4. Kota Tangerang, Banten - 162- Tidak Sehat
  5. DKI Jakarta - 158 - Tidak Sehat
  6. Ubud, Bali - 155 - Tidak Sehat
  7. Surabaya, Jawa Timur - 152 - Tidak Sehat
  8. Semarang, Jawa Tengah - 145 - Tidak Sehat bagi kelompok sensitif
  9. Sleman, Yogyakarta - 138 - Tidak Sehat bagi kelompok sensitif
  10. Bengkulu, Bengkulu - 122 - Tidak Sehat bagi kelompok sensitif
Penilaian ini dilakukan IQ Air dengan mengukur tingkat PM 2,5 atau partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2,5 mikrometer.

Apakah kamu percaya? Sudah percaya saja, serahkan pada ahlinya.

Kangen Hujan

Saya suka membayangkan, kalau dalam jangka waktu isu trendy ini keluar daerah kita diguyur hujan apakah isu ini akan terlihat seksi?

Jelas tidak sepertinya. Meskipun bisa jadi jumlah kendaraan yang keluar pada waktu hujan lebih banyak. Atau polusi udara lebih bersih saat waktu hujan karena jumlah kendaraan lebih sedikit? Jika benar dengan indikasi kalau hari libur panjang dan lebaran langit lebih biru. Apa benar polusi udara ditandai langit lebih biru? Mungkin iya, dan iyakan saja.

Cuaca panas benar adanya karena musim seharusnya hujan tapi hujan tak turun. Coba ilmuwan-ilmuawan itu meneliti polusi udara saat setiap hari daerah kita diguyur hujan. Apakah ada penelitian pembanding seperti itu? Sepertinya tidak ada ya.

Polusi udara makin berasa saat kemarau. Saya percaya polusi udara (emisi kendaraan) itu ada nyata, tapi hal-hal yang diakibatkan seperti batuk dan gejala ISPA tidak serta merta karena itu. Apalagi sebenarnya ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), bukan cuma gejala.

Apakah dia tiap hari terpapar emisi kendaraan dalam waktu yang lama? Jika benar, wajar jika ISPA. Coba cek dan telusuri dominasi pengidap ISPA yang ada berbarengan dengan isu ini dia tinggal dimana, bagaimana kesehariannya, bagaimana pola hidupnya.

Ada menteri ngaku kena ISPA karena polusi udara. Hey, bu! Kamu tiap hari nunggu gojek di pinggir jalan? Mobilmu itu kejebak macet sampai paru-parumu mengonsumsi emisi dalam jumlah besar? Apa rumahmu dekat pembakaran sampah, pabrik, atau galian pasir?

Aneh, sama seperti kopid.

Kebijakan dan keputusan pemerintah biasanya aneh tapi ampuh menghindari tekanan global elit, begitu kata kaum kongpirasi. Kenapa tidak tutup pabrik kendaraan saja daripada repot tilang emisi setiap hari? Atau minimal kepemilikan kendaraan diatur agar emisi tidak berlebih, gak ada orang statistik yang pinter di pemerintahan?

Malah disuruh pake kendaraan listrik. Jualan itu mah.

Post a Comment